• Berita Terbaru

    January 02, 2014

    elnusanews/com January 02, 2014

    Kasih Menembus Perbedaan

    Sarundajang Menjadi Simbol Kemajemukan di Indonesia




    Makasar—Gaung kemajemukan yang sejak lama dihembus oleh DR Sinyo Harry Sarundajang (SHS) ternyata mulai menembus batas-batas wilayah di negara ini. Beranjak dari Maluku dan Maluku Utara, belasan tahun yang lalu, kemudian dikokohkan di Sulawesi Utara selama 2 masa periode SHS sebagai Gubernur di provinsi tersebut sampai saat ini, prinsip-prinsip kemajemukan sang birokrat “bertangan dingin” ini mulai berdiri tegak di Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar sebagai daerah barometer Indonesia Timur.

    Hal ini terbukti saat Yayasan Kebangsaan Indonesia, dibawah pimpinan DR Arqam Azikin yang juga selaku pengamat politik dari Universitas Muhamadiah (UNISMU) Makassar, menggelar Dialog Nasional Akhir Tahun dengan tema “Kasih Menembus Perbedaan, Kemajemukan Sebagai Solusi Berbangga dan Bernegara” di ruangan Phinisi I Hotel Clarion Makassar, SULSEL, Minggu (29/12).
    Bahkan, dalam forum dialog tersebut, SHS sang ‘Mutiara dari Timur’ dinobatkan sebagai “Simbol Kemajemukan di Indonesia”. Forum ini dihadiri oleh lebih dari 1500-an peserta dari berbagai kalangan, baik Organisasi Kemahasiswaan dan ORMAS di SULSEL, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), elemen Korps Alumni HMI, KAHMI Sulsel dan Makassar, GMKI, PMKRI dan berbagai Organisasi Kepemudaan yang tergabung dalam Kelompok Cipayung plus Sulsel, para tokoh masyarakat, para tokoh agama, serta pimpinan dan jemaat Gereja-gereja se-Makassar, tokoh adat, serta sejumlah politisi, pemerhati sosial dan pemerintahan di Sulsel. Forum ini juga mengharapkan agar SHS sebagai salah satu Tokoh Nasional dari Kawasan Timur Indonesia dapat terus menjadi simbol kemajemukan, serta mampu membawa perubahan dan harmoni di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Bumi Pertiwi Indonesia ke depan.

    “Dalam forum diskusi ini, menghasil rekomendasi, bahwa bapak DR Sinyo Harry Sarundajang yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Sulut, sebagai simbol tokoh kemajemukan dari Indonesia Timur. Artinya, kalau kita berbicara soal kemajemukan, SHS tidak lagi dilihat dari bagian utara Pulau Sulawesi, tetapi sudah menjadi milik Indonesia secara keseluruhan,” tandas Ketua Panitia Pelaksana Diskusi Nasional Akhir Tahun 2013, Muh. Nur Iksan SE yang merupakan Sekretaris KAHMI Takalar - Sulsel.

    Sementara itu, DR Akbar Ali selaku Kepala Sub Direktorat Fasilitasi Kelembagaan Partai Politik Kementerian Dalam Negeri (KEMENDAGRI) yang menjadi narasumber dalam diskusi tersebut menyampaikan, kemajemukan merupakan sesuatu yang alamia bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab itu, yang terpenting bagi tiap manusia, adalah sikapnya dalam memandang kemajemukan.

    “Dan hal ini dibuktikan oleh Bapak Sarundajang. Bahwa sikap yang arif dalam memandang kemajemukan merupakan satu hal yang amat penting dalam kehidupan berbangsa. Sarundajang merupakan sosok berasal dari Indonesia Timur yang yang memberikan porsi yang tepat dalam mengimplementasikan konsep kemajemukan di negara ini,” ungkapnya dihadapan ribuan peserta diskusi yang hadir saat itu, dan dibenarkan oleh Arkam Asiqin dan pengamat budaya dari Universitas Hasanuddin (UNHAS) Ishaq Ngeljaratan yang juga menjadi narasumber.

    Menanggapi hasil pelaksanaan diskusi nasional yang menonjolkan ketokohan kemajemukan SHS tersebut, anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI, Prof. DR. Ryaas Rasyid mengatakan, bahwa dirinya sependapat jika seorang DR Sinyo Harry Sarundajang dijadikan sosok Kemajemukan di Indonesia. Sekaligus dirinya juga mengungkapkan bahwa Sarundajang dinilai oleh Kemendagri RI sebagai Gubernur terbaik di Indonesia.
    “Gubernur Sarundajang, pantas jadi simbol. Beliau itu Gubernur terbaik saat ini hasil penilaian Kemendagri. Beliau tahunya kerja dan menyelesaikan pekerjaan. Bukan media darling, tidak terobsesi pencitraan. Lurus apa adanya,” beber mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) RI ke-9 ini.

    Sementara itu juga, Ketua Umum Elang Nusantara (ELNUSA) Indonesia, Jemmy Ringkuangan AP MSi yang ditemui disela-sela pelaksanaan dialog tersebut mengungkapkan, bahwa kemajemukan merupakan satu hal yang menghilangkan egositas sukuisme ataupun latar belakang budaya, maupun agama dalam membina kehidupan bernegara yang utuh.

    “Ternyata kemajukan merupakan solusi untuk menghilangkan sekat-sekat negara. Jika kita mau hidup secara harmoni di Indonesia, maka kemajemukan merupakan sebuah harga mati dalam membangun Indonesia,” tegas Ringkuangan.

    Dirinya menambahkan, bahwa pluralitas di Indonesia harus mampu dijadikan sebagai strategi dan kekuatan pembangun bangsa. “Nah, tokoh nasional yang sangat paham bagaimana mengimplementasikan hal-hal tentang kemajemukan dan pluralitas di Indonesia ini, adalah seorang Sinyo Harry Sarundajang,” pungkasnya.
    • Comments
    • FB Comments

    2 komentar:

    Item Reviewed: Kasih Menembus Perbedaan Rating: 5 Reviewed By: elnusanews/com
    Scroll to Top