Dikatakan salah satu perwakilan keluarga Husbulah Sahibu, masalah ini sejak 1991. Dimana pembebasan lahan yang sebagian sudah menjadi lapangan golf pembebasan lahannya belum dituntaskan.
"Ada sekitar 9 hektar yang belum diselesaikan oleh PT ASA lalu, sebelum diserahkan ke perusahaan Korea yang menangani Hotel Paradise sekarang. Kedatangan kami, ingin menyampaikan ke Dekab Minut terkait masalah ini sebagai masyarakat yang buta hukum, agar bisa difasilitasi bertemu dengan PT ASA," tutur Sahibu.
Sahibu juga menegaskan masyarakat atau keluarga yang belum dibayarkan lahannya, akan melakukan aksi demo menuntut hak mereka.
"Kita akan koordinasikan rencana demo ini ke Kapolres Minut, agar bisa mendapat izin," terang Sahibu.
Sementara itu, dua keluarga yang lahannya belum terbayarkan yakni Arifin Pabicara menjelaskan, tanah mereka yang belum terbayarkan sekitar 6,3 hektar. "Kami berharap Dekab Minut bisa memfasilitasi dan menindaklanjuti apa yang menjadi keluhan kami," harap Pabicara.
Hal senada disampaikan Hamid Pomatua, menurutnya selama ini dirinya keluar merantau dan baru mengetahui tanah miliknya sekitar 2,9 hektar sudah digunakan sebagian untuk lahan golf.
"Menurut dari pemerintah desa, pihak PT ASA sebelumnya sudah mencari tahu siapa pemilik lahan. Sayangnya, perusahaan langsung menggunakan lahan kami tanpa pemberitahuan," jelas Pomatua.
Ketua Dekab Minut Berty Kapojos yang menerima masyarakat Desa Maen mengutarakan, pihaknya pasti menerima apa yang menjadi aspirasi mereka.
"Tapi tentunya, ada syarat yang harus dipenuhi oleh mereka yakni memperlihatkan bukti kepemilikan tanah tersebut. Jika ada, kami akan tindaklanjuti dengan turun lapangan, sekaligus memfasilitasi keluarga yang lahannya belum terbayarkan," tutup Kapojos.(Tommy)
0 komentar:
Post a Comment