Hal ini terungkap ketika Dirjen Otda membuka Rakornas Sinkronisasi Pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat bertempat di hotel Swissbell Manado, (23/11) pagi tadi.
Lanjut Sumarsono, permasalahan Papua hingga saat ini belum juga terpecahkan, bukannya pemerintah dan pejabat tidak bekerja namun konflik-konflik politik yang selalu terjadi dan kesejateraan rakyat yang tidak seimbang.
"Dan hari ini ada yang baru muncul, masalah Manejeril, sejak Provinsi Papua dan Papua Barat berpisah yang belum tuntas adalah sinkronisasi secara filosofi penyebaran dari karakteristik Opsus belum cukup jelas. Jadi, saya tawarkan tiga konsep yakni negara harus hadir, pembangunan indonesia dari pinggiran, serta konsep Opsus Papua intinya kearifan lokal yang terus didorong dengan kewenangan yang secara khusus diberikan kepada Papua, ini harus dioptimumkan dan sekarang belum optimal sehingga akibat tiga konsep belum bersatu secara utuh. Dan hari ini menjadi topik pembicaraan untuk menyatukan konsep tersebut, yang disebut sinkronisasi Papua dan Papua Barat," ungkap Sumarsono kepada elnusanews.com.
Sembari Sumarsono berharap dengan forum koordinasi ini langka yang dilakukan oleh kedua provinsi, kalaupun tidak sama minimal harus sejalan.
"Untuk menyatukan itu, dimungkinkan sejalan kalau basisnya sama-sama budaya serta tujuannya mensejahterakan rakyat Papua. Titik ujungnya adalah mensejahterakan rakyat Papua dan mencari jalan yang tercepat, terbaik, efektif serta basis adalah budaya Papua.Karena itulah dengan Opsus Papua ada pengakuan terhadap pembangunan berbasis Papua, ujung akhirnya membangun Papua memang harus dengan hati dan kasih, seperti orang tua dan anak," tutur Sumarsono.
(ROKER)
0 komentar:
Post a Comment