SULUT,ELNUSANEWS - Sepuluh tahun sudah
Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara (Sulut) beraktivitas mengembangkan
seni budaya, pendidikan dan pelestarian lingkungan hidup serta penyelamatan
generasi muda di tanah Nusantara terlebih daerah Nyiur Melambai ini.
Berbagai karya dan prestasi telah
dilahirkan lembaga yang dipimpin Benny Jozua Mamoto ini. Integritas dan
komitmen Mamoto di tanah Sulut ini mampu menjaga kelestarian seni dan budaya asli
Sulut. Salah satu alasan mengapa dirinya total menyelamatkan seni dan budaya
daerah ini salah satunya yaitu terancamnya budaya asli daerah ini.
"Salah satu alasan saya melakukan ini
semua adalah pernyataan dari Hetty Palm yang menyebutkan jika tidak ada
kebudayaan di Indonesia yang cepat hilang seperti kebudayaan Minahasa,"
ujarnya.
Dia melanjutkan, hingga saat ini buah karya
dari institusi budaya ini sudah menelorkan banyak sekali kegiatan, festival
serta pengakuan dan rekor. Berawal dari tahun 2005, hingga kini Yayasan
Institut Seni Budaya Sulut telah meraih 32 rekor Museum Rekor Indonesia ( MURI)
yang menjadikan Sulut sebagai pengoleksi rekor seni budaya terbanyak di
Indonesia.
"Bahkan kita sudah mendapatkan 7 rekor
dunia seni budaya Guinnes World Records yang menjadikan Indonesia sebagai
negara pengoleksi rekor terbanyak," bebernya. Dituturkan Mamoto, alasan
dari pemecahan rekor tersebut didasarkan atas keinginan dirinya untuk
membanggakan budaya asli daerah ini. "Rekor merupakan simbol prestasi ataupun
kebanggaan bagi pembuat atau pemilik, sehingga dengan capaian rekor tersebut
maka kita sebagai rakyat Sulut telah merasa bangga atas milik kita, terlebih
khusus bagi para anak muda," tuturnya.
Selain itu, dengan upaya yang telah
dilakukan oleh pihaknya diharapkan bisa mendapatkan justifikasi ataupun
pengakuan dari dunia luar sehingga tidak lagi dicuri oleh pihak luar. Untuk
merayakan sepuluh tahun perjalanan institusi tersebut pihaknya kemarin malam
menggelar sebuah fashion show yang bertajuk 'Pesona Kain Pinawetengan Minahasa'
yang dilaksanakan di Manado Convention Center dengan menampilkan karya
desaigner nasional yang berdarah kawanua Thomas Sigar serta didukung oleh show
director yang berprestasi nasional serta internasional Denny Malik.
Kegiatan tersebut juga menjadi titik puncak
peringatan 10 tahun kontribusi Benny Jozua Mamoto terhadap eksistensi peradaban
dan seni serta budaya Sulut. Selain itu dalam acada tersebut juga dicanangkan
ide yang telah digagas sejak tiga tahun lalu yakni Menuju Manado Kota Fashion
Internasional 2016.
Pencapaian dan kontribusi Mamoto dalam
pengembangan seni dan budaya Sulut mendapat dukungan dan apresiasi dari
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Utara (Sulut).
Penjabat (Pj) Gubernur Soni Sumarsono
melalui Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Happy Korah
mengatakan jika masyarakat Sulut patut berterimakasih atas dedikasi yang telah
dilakukan Benny Jozua Mamoto lewat Yayasan Intitusi Seni Budaya Sulut selama
sepuluh tahun terakhir.
"Apa yang telah dilakukan Bapak Benny Mamoto di
bidang seni budaya merupakan keberhasilan yang harus disyukuri oleh seluruh
masyarakat Sulut, usaha tersebut telah membantu pemerintah dalam menjaga
keeksistenan seni dan budaya daerah kita," tutur Korah. Dia menambahkan,
berbagai karya dari institusi tersebut mampu mengibarkan nama Sulut di skala
nasional dan internasional.
"Diharapkan kedepan nanti, dedikasi
tersebut tetap dilakukan sehingga seni dan budaya Sulut tidak punah dan bahkan
mampu diakuo secara internasional, terlebih usaha tersebut merupakan bagian
dari misi pemerintah untuk pembangunan sosial dan budaya masyarakat
Sulut,"terangnya. (roker)
0 komentar:
Post a Comment