
Prosesi pemberian gelar, diawali dengan Ritual, mengambil tempat disekitar "Meja Raragesan" (Meja
Adat), yang diatasnya tersaji, Nasi Bungkus, telur ayam rebus, Saguer
(Tuak), dalam kower (mangkok bambu), sirih, pinang dan kapur sebagai
alat kelengkapan ungkapan syukur dan pemujaan terhadap "Opo Empung" (Tuhan Yang Maha Esa), serta dilengkapi tanaman Khas "Tawaang" yang
adalah tanaman khusus orang Minahasa sebagai patokan penunjuk batas
halaman rumah/kebun, juga sebagai lambang penegakkan hukum adat, serta
berfungsi magis dalam menangkal bencana, karna karakteristik tanaman ini
mudah tumbuh, namun kebal terhadap gejala alam.
Selanjutnya oleh Majelis Kebudayaan Minahasa (MKM), para Tetua Adat,
mengatasnamakan keturunan dari Toar Lumimuut yang mendiami wilayah
Minahasa Raya yang terdiri dari Sub Etnis Tonsea, Tolour, Tountemboan,
Tombulu, Tonsawang, Pasan Ponosakan, Bantik. Setelah bermusyawarah dan
bermufakat berdasarkan petunjuk adat budaya Minahasa dan Dotu Toar
Lumimuut, menetapkan 12 Putra terbaik Negeri ini sebagai TONAAS WANGKO.
Pj Gubernur Sulut, yang dikukuhkan dengan Anugerah gelar "TONAAS WANGKO UMBANUA"
dalam sambutannya oleh Sumarsono, menilai bahwa suasana bathin
Masyarakat Minahasa, tercermin dari akar filosofi Ke-Maesa-an, yang
menjadi landasan hidup dengan dasar persatuan dan kesatuan, juga
adalah daerah yang khas dan unik serta penuh kemajemukan yang dinamis,
namun patut diwaspadai akan nilai2 luhur akan luntur jika tidak
dilestarikan. "pemberian gelar adat ini adalah salah satu bagian dari
upaya pelestarian budaya juga sebagai wahana memupuk rasa kekeluargaan,
kekerabatan, dan memberikan motivasi dlm melestarikan nilai leluhur,
sebagai modal dasar pembangunan di tanah Toar Lumimuut dengan
bersendikan pada kearifan lokal" Tandas Doktor Alumnus UNJ ini.
Acara pemberian gelar ini, diselingi dengan ritual adat berupa
pemakaian atribut baju adat kebesaran dan tongkat komando, Minum Saguer
(Tuak) sebagai simbol rasa kebersamaan antara Para Tonaas dan foto
bersama. Adapun para penerima gelar adat dari Perwira Tinggi TNI/Polri
yakni : Laksamana Madya TNI Desi Albert Mamahit (Kepala Badan Keamanan
Laut RI) menjadi Tonaas Wangko An Tasik, Mayjen TNI Ludwig Pusung
(Pangdam I Bukit Barisan), menjadi Tonaas Wangko Angkatana'an, Irjen Pol
Drs Dicky Atotoy ( Wa Ir Wasum Polri) menjadi Maendo Tonaas Wangko
Umbanua, Irjen Pol DR Petrus Golose (Deputi bidang Kerma Internasional
BNPT) menjadi Maendo Tonaas Wangko Umbanua, Brigjen TNI Jerry Waleleng
(Kabinda Sulawesi Selatan) menjadi Tonaas Wangko Ang Katana'an, Brigjen
Pol Hengki Kaluara (Kapolda Gorontalo) menjadi Maendo Tonaas Wangko
Umbanua, Brigjen TNI Robert RF Lumempouw (Bandep lingkungan alam Setjen
Wantananas), menjadi Tonaas Wangko Ang Katana'an, Brigjen Pol Drs
Wilmar Marpaung,SH (Kapolda Sulut) menjadi Tonaas Wangko Umbanua,
Brigjen TNI Sulaiman Agusto, SIP, MM (Danrem 131 Santiago) menjadi
Tonaas Wangko Ang Katana'an, Laksma TNI Manahan Simorangkir (Danlantamal
VII) menjadi Tonaas Wangko An Tasik.
I YAYAT U SANTI,,, Sigi Wangko wia se tonaas wangko, tua um banua,
wia se tonaas wangko umbanua (dalam terjemahan : Hormat setinggi
tingginya kepada Tonaas wangko umbanua, tonaas wangko).
0 komentar:
Post a Comment