DEPROV,Elnusanews - Pengurus Asosiasi Petani Cengkih Indonesia (APCI) Sulut dan Himpunan Petani Cengkih (HPC) Sulut, Rabu (7/9/16) pagi, mendatangi kantor DPRD Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) dan bertemu langsung dengan Ketua DPRD Sulut, Andrei Angouw.
Dihadapan Ketua DPRD Sulut dan Wakil Ketua DPRD Sulut Wenny Lumentut,, para pengurus APCI dan HPCI Sulut mengeluhkan semakin merosotnya harga komoditi unggulan di tanah Nyiur Melambai ini pasca adanya wacana dari pemerintah kenaikan harga rokok di indonesia.
" Sulut mempunyai produk cengkih terbaik. Sayangnya, kian menurunnya harga tanaman ‘emas coklat’ ini sampai Rp80 ribu perkilo, cukup memberikan keresahan di antara petani.," ungkap Wakil Ketua APCI Sulut, Setly Kodong.
Tidak hanya itu, mereka juga meminta agar pemerintah membuka pabrik rokok di Sulut sehingga mengakomodir suara rakyat. Sebab, kualitas cengkih di Sulut adalah yang terbaik.
“Hadirkan pabrik rokok di Sulut,” tambah Kodong, sembari mengatakan apabila ini tidak di fasilitasi oleh DPRD Sulut maka petani mengancam akan melakukan demo besar-besaran.
Menanggapi keluhan tersebut Ketua DPRD Sulut, Andrei Angouw mengatakan, anggaran yang diberikan untuk pengadaan bibit cengkih cukup banyak. Belanja langsung sebesar 1 triliun.
“Cengkeh barang yang berat. Dalam perdagangan tidak bisa dibatasi. Kalau torang kase nae harga cengkih di Sulut jadinya, petani dari Maluku Utara juga akan memasukan cengkihnya di Sulut,” ungkap Angouw.
Hal senada juga diungkapkan Wakil Ketua DPRD Sulut, Wenny Lumentut. Menurut Lumentut, prinsipnya impor cengkih yang membuat harga ini turun.
“Diimporkan Menteri Perdagangan. Kan impor cengkih sampai sekarang masih dibuka. 40.000 ton masukanya cengkih impor di Indonesia. Ini yang mempengaruhi produksi,” tanda Lumentut. (RaKa)
0 komentar:
Post a Comment