MINUT, Elnusanews-- Cerita pembongkaran kubur tua di Desa Kawangkoan Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara (Minut) ternyata terus menimbulkan kontroversi dan cerita-cerita menarik. Kali pembongkaran kubur tersebut sampai berujung pada cerita mistis yang timbul dari masyarakat selitar.
Kabar terbaru, wilayah kubur yang tengah dibongkar untuk memindahkan jenasah serta tulang-belulang tersebut membuat sebagian warga mulai tak nyaman, terlebih saat sudah memasuki malam hari suasana seakan begitu mencekam.
Kepada elnusanew.com dan sejumlah wartawan, salah satu warga yakni Welly Wuisan yang jarak rumahnya 30 meter dari lokasi pembongkaran makam, menceritakan apa yang ia alami sejak lokasi kubur tua tersebut dibongkar untuk dijadikan pembangunan jalan tol Manado-Bitung.
Menurut Welly dirinya kerap mendengar suara orang menangis tersedu-sedu sekitar pukul 01.00 Wita, bahkan suara tangisan yang membuat bulu kuduk merinding itu terdengar setiap satu jam.
“Saya sudah 20 tahun tinggal dekat perkuburan ini, namun tidak pernah mendengar ada yang aneh-aneh di lokasi kuburan itu. Namun setelah dilakukan pembongkaran, suasana di lokasi tersebut sangat mencekam. Bahkan yang biasanya kendaraan lalu-lalang sampai malam hari, kini sekitar jam 20.00 Wita sudah tidak ada lagi yang berani melintas,” kata om Welly.
Dari analisa om Welly apa yang dialaminya bisa saja dikarenakan masih banyak sisa tulang-belulang yang tidak diangkat secara sempurna atau tertinggal saat jenasah dipindahkan, termasuk barang-barang milik jenasah.
“Berapa kali saya mendapati anjing peliharaan saya membawa tulang ke rumah dan saya pastikan itu tulang manusia. Untuk memberi rasa hormat, terkadang saya harus ke lokasi makam untuk mengembalikan tulang tersebut,” ungkap om Welly.
Apa yang disampaikan om Welly mendapat dukungan dari oma Ruth Pangalila. Bahkan oma Ruth yang lokasi rumahnya berjarak 70 meter dari lokasi pembongkaran makam juga kerap mendengar suara tangisan saat tengah malam.
“Awalnya saya mengira itu cucu saya yang menangis saat tengah malam, namun saat saya bangun untuk menidurkannya kembali, ternyata saya melihat cucu kami dalam keadaan tertidur lelap dan suar itu masih saja terdengar,” ujar oma Ruth.
Hal tersebut kemudian dibantah dengan tegas Hukum tua (Kumtua) Desa Kawangkoan Paulus Kodong.
Dirinya berharap warga tidak menceritakan hal-hal yang tidak masuk akal apalagi tanpa bukti yang jelas.
“Mungkin saja rasa tidak puas mereka, jadi menceritakan hal-hal yang tidak jelas sumbernya. Masa di zaman sekarang seperti ini masih saja percaya dengan hal-hal seperti itu. Saya sebagai Kumtua mengajak agar marilah kita saling mendukung program pemerintah, karena apa yang dilakukan pemerintah tentu semua itu tujuannya baik bagi masyarakat,” tutup Kodong, saat dikonfirmasih sejumlah wartawan. (Tommy)
0 komentar:
Post a Comment