WASHINGTON,Elnusanews - Mengambil keputusan untuk studi S2 di Amerika bagi Mariska Polii merupakan sebuah keputusan besar dan penting dalam hidupnya. Bagaimana tidak, untuk tetap berkarir sebagai pengacara, ia harus mengambil gelar S2 di bidang hukum di Amerika.
Gelar S1 di Indonesia tak bisa dipakai untuk mengikuti ujian pengacara di Washington. Satu-satunya cara adalah mengambil studi S2 di University of Washington School of Law, karena hanya di kampus ini, sarjana hukum dari luar Amerika bisa studi untuk mengikuti ujian pengacara di Washington. Maka jadilah ia belajar keras untuk menggapai impiannya itu. Selama tiga quarter belajar dan berdoa tanpa henti, berbuah manis. Minggu, tanggal 5 Juni 2022, ia Bersama rekan-rekannya di wisuda Bersama ratusan mahasiswa lainnya dari 30 negara.
Satu langkah besar telah dicapai kini ia bersiap untuk langkah berikutnya yaitu bersiap untuk mengikuti ujian pengacara di bulan February 2023 nanti dimana Namanya terdaftar sebagai peserta ujian.”Saya mengambil program dari Themis Bar Review untuk persiapan selama 6 bulan,” kata Wanita penggemar olahraga bridge ini.
Ketika ditanya bagaimana sampai ia bisa terdaftar untuk mengikuti ujian pengacara di Washington ia menjawab bahwa itu sudah menjadi bagian dari program yang dia ambil ketika kuliah di University of Washington School of Law.
Saya berharap, jika Tuhan berkenan, saya bisa lulus ujian pengacara, saya bisa dimampukan untuk melaksanakan tugas to support the Constitution of the United States, to faithfully discharge the duties of attorney, and to conduct oneself with integrity and civility.
“Sekarang ini saya juga sedang magang di Landesa. Landesa is an international non-profit organization dedicated to securing land rights for rural poor around the world. Landesa champion and works to secure land rights for million of the world poorest, mostly rural women and men, to provide opportunity and promote social justice,” kata wanita yang juga pernah menjadi producer di Pacific TV puluhan tahun yang lalu.
Ketika ditanya tentang suka duka menjadi mahasiswa fakultas hukum di Amerika ia menjawab lebih banyak Sukanya daripada dukanya. “Quarter pertama kuliah, itu quarter tersulit yang saya jalani. Saya harus beradaptasi dengan dari civil law ke common law. Itu membuat pusing. Belum lagi masalah Bahasa. Bahasa hukum Amerika sangat complex. Ketika pertama kali saya belajar tentang Constitutional law, saya bercanda ke suami saya, saya bilang, “Honey I feel like I am reading Shakespeare right now.” And my husband laughing and said,” Sweetie pie, this is an old English, we do not use those terms anymore.” Tapi itu awal-awal kuliah. Lama-lama saya terbiasa dan tidak pernah bertanya lagi.
Masih tentang suka-duka, ia mengatakan bahwa ia pernah menangis gegara ada satu assignment yang sangat sulit dan tak mampu diselesaikan. “Saya pernah menangis saking susahnya mengerjakan assignment itu,” kata Wanita penggemar warna ungu itu. “ Puji Tuhan saya di berikan Tuhan suami yang menjadi supporter terbaik saya. Beliau yang selalu menyemangati saya untuk tetap berusaha menyelesaikannya. Dia selalu bilang,’’ You can do it! Di tambah ada banyak juga support dari kakak kakak, teman teman dan saudara di Indonesia.
“Satu hal yang pasti, saat ini semakin banyak saya belajar, semakin banyak hal yang saya tidak ketahui dan pahami. Karena memang hidup ini adalah proses belajar tanpa henti,” kata isteri Marty Lyons ini sambil menutup perbincangan.
(roker/*)
0 komentar:
Post a Comment