APB Sulut Keluarkan Petisi Buat Pemerintah Terkait Kelangkaan Jagung
Minahasa,Elnusanews – Kelangkaan dan melonjaknya harga komoditi Jagung
yang digunakan sebagai pakan ternak, kini mulai menimbulkan keresahan
serius di kalangan peternak khususnya peternak Babi di Sulawesi Utara.
Asosiasi Peternak Babi (APB) Sulawesi Utara (Sulut), Selasa (19/01),
kemudian melakukan pertemuan besar-besaran untuk mencari jalan keluar
terkait persoalan ini. Dari hasil pertemuan itu, APB Sulut kemudian
mengeluarkan petisi yang ditujukan kepada pemerintah untuk mendapat
atensi khusus.
Ketua APB Sulut, Ronald Rumondor, kepada wartawan dalam jumpa pers usai
melakukan rapat dengan para peserta asosiasi mengatakan, APB Sulut
meminta kepada Bulog Sulut selaku penanggung jawab penampungan stok agar
dapat menyediakan Jagung untuk peternak Babi.
Menurut Rumondor ,Selama ini ada impor Jagung dari luar, tapi
Jagung-jagung itu langsung dibagi kepada perusahaan-perusahaan pembuat
pakan ternak, sehingga tak ada kuota lagi yang disediakan untuk
keperluan peternak, termasuk peternak Babi, semuanya habis ke
perusahaan. Banyak peternak Babi yang berskala kecil mulai gulung tikar
karena tak mampu lagi membeli Jagung, ada yang tinggal memberi ternak
dengan sayur-sayur busuk dan bungkil yang tentu tak sehat untuk ternak
Babi,” kata Rumondor, didampingi Humas APB Sulut, Gilbert Wantalangi,
sembari menambahkan bila APB Sulut akan menyurat secara resmi ke Bulog.
Rumondor mengatakan , pihaknya juga memohon kepada pemerintah untuk
memberikan kontrol pada harga Jagung, karena menurutnya selama ini harga
tinggi namun yang diuntungkan adalah pengumpul atau spekolan dan bukan
petani.“Akan lebih baik kalau memang harga naik tapi petani yang
diuntungkan karena mereka yang menanam dan bukannya pengumpul atau
spekolan atau mereka yang menjual di pasar,” ujarnya.
Selanjutnya, pemerintah bila menyusun program mengenai peternakan,
khususnya peternak Babi, dimohon agar dapat melibatkan APB Sulut karena
anggota didalamnya banyak berkompeten dan profesional di bidang itu.Bila
ada program pembagian bantuan bibit Babi dari pemerintah, baik di
Kabupaten/ Kota maupun Provinsi Sulut, seharusnya pemerintah mencari
kwalitas bibit Babi unggul atau yang terbaik bukan mencari yang selisih
harga dibawah untuk mencari keuntungan, sehingga akhirnya bibit yang
didapat yang kemudian dibagikan itu berkwalitas jelek,” ungkap Rumondor.
Sementara APB Sulut ini juga mendesak pemerintah agar mengawasi lalu
lintas perdagangan Babi hidup antar daerah di dalam pulau Sulawesi. Hal
ini dimaksud agar ternak Babi yang ada ini tidak terjangkit
penyakit.Artinya Babi yang beredar itu sehat dan terbebas dari Hok
Kolera, sehingga status Hok Kolera di Sulut itu juga bisa dicabut
sehingga tenak Babi dari Sulut ini bisa diekspor keluar daerah, bahkan
ke negara-negara tetangga seperti Cina dan Filipina,”pungkas
Rumondor.(Jeffry)
0 komentar:
Post a Comment