Massa pendemo yang umumnya merupakan Nasabah patner dari Net In tersebut meminta keadilan, karena kasus ini sudah berjalan kurang lebih 8 bulan sejak digeledah pihak Polresta Manado tanggal 28 Agustus 2015 yang lalu.
Selain meminta keadilan, para pendemo juga menyuarakan
agar kasus ini ditutup dan meminta mengembalikan barang bukti uang yang disita oleh pihak Polresta Manado. Karena, menurut mereka uang tersebut bukanlah hasil dari korupsi.
Selain meminta tuntutan tersebut, para pendemo juga meminta agar dapat membuka rekening bank an. Syallomitha Rapar dan Focksy Rapar yang sempat ditutup oleh pihak penyidik Polresta Manado.
Para pendemo diterima oleh personil dari Komisi II Ferdinand Mangumbahang, dan Jeane Mumek personil dari Komisi I.
Saat melakukan dialog dengan para perwakilan dari nasabah Net In tersebut, Mangumbahang mengatakan akan mengkomunikasikan hal ini dengan pimpinan DPRD Sulut.
"Kita akan komunikasikan dengan pimpinan dewan. Kalau bisa permasalahan ini dilakukakn hearing, karena ini menyangkut banyak orang,"tukasnya.
Menurut Mangumbahang secara pribadi, kasus ini harusnya ditutup, dibuka blokir dan dibagikan dananya ke masyarakat yang menjadi korban dari Net In.
"Nah yang jadi pertanyaannya, apakah dana itu cukup tidak untuk dibagi kepada masyarakat yang menjadi korban Net In, dan kalau memang perusahaan ini ilegal itu harus diberi efek jerah. Sekalipun dana itu dikembalikan akan tetapi proses hukum ini tetap jalan," ujarnya.
Ia berharap dengan adanya masalah ini, bisa menjadi pelajaran buat masyarakat agar selalu berhati-hati dalam berinvestasi.
"Kalau investasi modal 100 persen dan kembali 100 persen kayaknya tidak masuk akal," pungkasnya.
Aksi demo sendiri mendapat pengawalan dari aparat Kepolisian. (RaKa)
0 komentar:
Post a Comment