• Berita Terbaru

    August 10, 2022

    elnusanews/com August 10, 2022

    Hut ke-61 Tahun, Ini Sejarah Berdirinya Desa Malenos Baru

    MINSEL, Elnusanews- Pemerintah bersama seluruh elemen masyarakat desa Malenosbaru merayakan hari jadi ke-61 tahun, (10 Agustus 1961-10 Agustus 2022). Kegiatan ini diawali dengan ibadah bersama seluruh komponen masyarakat yang hadir.

    Hukum tua desa Malenosbaru, Jeannie Ratu menyampaikan ucapan terimakasih kepada pimpinan golongan gereja, BPD, LPM, perangkat desa dan semua yang terlibat suksesnya hari jadi desa Malenosbaru ke-61. "Suksesnya kegiatan ini berkat dukungan dan kerjasama dari semua lapisan masyarakat yang sudah mempersiapkan segala sesuatu hingga acara boleh terlaksana dengan baik". Sembari berkomitmen menjadikan desa Malenosbaru yang Maju Berkepribadian dan Sejahtera ucapnya.

    ASAL-USUL MALENOS

    Nama Malenos diambil dari suatu tempat yang menjadi kesan dari para tokoh pendiri desa Malenos yaitu, dari nama sungai Malenos. Nama MALENOS berasal dari kata MALEDOS, asal kata Ledos yang artinya Air yang mengalir dengan deras diatas batu tikar. Nama ini diambil dari nama sungai yang terletak kira-kira beberapa meter dari pemukiman Malenos. Disitu terdapat lempengan-lempengan batu yang licin, dimana air sungai berkumpul diatasnya yang mengalir dengan deras dan jatuh ke air terjun, dekat dengan sungai sendoan. 

    Adapun kata Maledos diganti dengan Malenos, semata-mata hanya ingin melicinkan/memudahkan ucapan. Dan bekas tempat pemukiman penduduk desa Malenos terletak disebelah timur tempat pertemuan (Patoopan), sungai Malenos dan sungai Sendoan atau kira-kira 2 KM dari desa Malenosbaru.

    Berdirinya Desa Malenos. 

    Pada jaman dahulu wilayah malenos masih merupakan hutan. Sekitar abad ke- 17 lokasi hutan disebelah selatan sungai sendoan mulai dirombak oleh penduduk desa ritey untuk dijadikan lahan perkebunan. Mereka menyebar keselatan sampai sungai maluluk.

    Para petani begitu bersemangat, tekun dalam mengerjakan kebunnya. Banyak kali mereka belum mau meninggalkan kebunnya sebelum memberikan hasil yang diharapkan. Mereka mendirikan gubuk (sabua) dikebun sebagai tempat tinggal (paenakan). Pada hari-hari kerja mereka bermalam dikebun (menak), nanti mereka kembali kedesa ritey ketika mengikuti ibadah minggu atau acara kedukaan maupun pesta atau acara penting lain.

    Melihat makin banyaknya penduduk ritey yang berkebun disebelah selatan sungai sendoan maka timbul gagasan dari dotu lukow untuk menghimpun mereka membuat suatu pemukiman bersama yang baru supaya apabila mereka mau berkumpul atau bertemu dengan keluarga yang lain tidak jauh-jauh lagi kedesa ritey. Gagasan itu diterima dengan baik dan secara bergotong-royong mendirikan pemukiman diatas bukit sebelah timur, tempat pertemuan (Patoopan) sungai malenos dan sungai sendoan. Berjalan beberapa tahun, penduduk ritey yang tinggal di pemukiman malenos semakin bertambah para tokoh yang berpengaruh mulai berunding untuk membahas masa depan pemukiman malenos dan sepakat menuntut hak wilayah dan otonomi sebagai suatu desa kepada tonaas yang memimpin desa ritey.

    Tokoh-tokoh pemukiman malenos menempatkan sepasang batu ditengah tempat pemukiman. Batu itu diberi nama Watu Tumotowa (Watu=batu, Tumok=berdiri, Tuwow=tumbuh dan Towa=panggil). Ditempat watu tumotowa mereka berkumpul untuk meminta kekuatan, kesehatan dan berkat ( Rumei Reindeng: Rumei=permohonan dan Reindeng=berkat/kekuatan, kepada Tuhan yang maha besar (Empung Wailan Wangko).

    Dari perjuangan tokoh pemukiman malenos membuahkan hasil dan pada tahun 1860, desa Ritey dibawah pimpinan tonaas Nicolas Manampiring Lintang, setuju merelakkan sebagian wilayah perkebunan ritey kepada pemimpin pemukiman malenos untuk diurus sebagai wilayah malenos.

    Berikut Tonaas-tonaas Malenos

    Tonaas I: Walewangko Tamburian

    Tonaas II: Momongan

    Tonaas III: Lepinus Korah

    Tonaas IV: Bastian Ratu

    Sejak tahun 1890, pemukiman malenos sudah diakui sebagai desa lepas dari pemerintah desa ritey. Hal itu ditandai dengan mulainya desa malenos melakukan pemilihan pimpinan desa/ hukum tua.

    [10/8 23:13] Elnusa Recky L: Hukum tua I: Laurens Kimbal

    Hukum tua II: Daniel Walewangko

    Hukum tua III: Markus Pandegirot

    Hukum tua IV: Adrian Tuuk

    Hukum tua V: Fredrik Mangundap (1922-1935)

    Hukum tua VI: Johan Tamunu (1934-1945)

    Hukum tua VII: Victor A. Tutu (1945 sampai pindah ke malenos baru.

    Sekitar tahun 1900, penduduk desa malenos membangun gedung gereja darurat dan mulai melakukan ibadah sendiri. Sebagai guru jemaat ditunjuk Jahya Assa, yang pada waktu itu menjabat guru sekolah Genootschap di desa ritey.

    Perpindahan desa dari Malenos ke Malenos Baru. Dipindahkannya pemukiman penduduk desa Malenos ke Malenos Baru tidak lepas dari sejarah berakhirnya pergolakan permesta yang ditandai dengan persetujuan perdamaian yang dilaksanakan pada tanggal 4 April 1961. Pada awal tahun 1961, wakil gubernur suluteng, B Tumbelaka berkunjung ke desa malenos untuk menugaskan Victor Adolf Tutu sebagai hukum tua malenos untuk menjadi penghubung antara pemerintah dan pasukan permesta  dan mencari lokasi yang aman untuk tempat berunding.

    Perundingan pertama diadakan di perkebunan ritey dekat hulu sungai malenos. Pihak pemerintah diwakili oleh wakil gubernur Suluteng, B Tumbelaka sedangkan pihak permesta diwakili oleh Johan Tambayong. Perundingan ini menghasilkan kesepakatan mempertemukan pimpinan pasukan permesta dengan TNI.

    Perundingan lanjutan dilaksanakan di gedung gereja GMIM Malenos yang dihadiri oleh utusan pemerintah Republik Indonesia diwakili oleh Wagub Suluteng B. Tumbelaka, Kolonel. Supangat (Perwira staf Kodam XIII Merdeka), sementara utusan permesta diwakili oleh Johan Lintong dan Wem Tenges (Komandan Brigade WK. III).

    Hasil perundingan tersebut disepakati/persetujuan perdamaian untuk mengakhiri perang saudara, pula diputuskan mengadakan gencatan senjata dan upacara pembuatan naskah perdamaian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan pasukan permesta didesa Malenos baru pada tanggal 4 April 1961. Persetujuan perdamaian ditanda tangani oleh Panglima Kodam XIII Merdeka, Kolonel TNI Sunandar Prijosudarmo (mewakili Pemerintah RI) dan Kol. DJ Somba selaku menjabat Komando daerah pertempuran II (KDP II KDM SUT) Permesta.

    Sebagai peringatan selesai upacara didirikan tugu yang terbuat dari papan yang letaknya tepat disebelah barat gedung gereja GMIM Malenos baru. Pada tanggal 17 Juli 1961 disepakati dalam rapat dan dilanjutkan dengan pembentukan panitia pembangunan untuk pemindaian desa Malenos ke Malenos Baru. Adapun panitia yang dibentuk adalah pelindung/penasehat Victor Adolf Tutu (Hukumtua), ketua 1 Lazarus Kimbal, ketua 2 Frans Yes Weken, panitera 1 Felix Tutu, panitera 2 Josis Tamunu, bendahara 1 Gerard Kimbal, bendahara 2 Nicolas Lintang, kepala urusan pembangunan Daniel Ratu serta anggota Johan Tamunu, Djidon Weken, Frits Tuuk, Altin Tutu, Jotham Tuuk, Willem Pojoh, Kornelis Lonteng, George Kimbal dan Yusof Kimbal.

    Pada tanggal 9 Agustus 1961 malam, beberapa anggota panitia dan tua-tua desa berkumpul dirumah hukum tua malenos untuk persiapan keberangkatan menuju kelokasi desa Malenos Baru. Pada pukul 21.00 mereka berkumpul di watu Tumotowa dan bertindak sebagai tonaas, Victor A. Tutu. Kira-kira jam 12 malam mendapat perintah dari tonaas untuk berangkat. Sebelum berangkat mereka berdoa bersama memohon bimbingan dan penyertaan dari Maha Besar Tuhan (Empung Wailan Wangko) yang dipimpin Frans Weken. Kira-kira jam 1 malam tanggal 10 Agustus 1961 mereka tiba dilokasi desa Malenosbaru. Mereka yang sempat turut dalam acara tersebut berjumlah 11 orang dan mereka inilah yang menjadi perintis desa 

    (Victor Adolf Tutu, Lazarus Kimbal, Frans Yes Weken, Felix Tutu, George Kimbal, Nicolas Lintang,  Daniel Ratu, Dirk Tuuk, Altin Tutu, Jotham Tuuk dan Jusof Kimbal).

    Kira-kira pukul 03.00 kesebelas perintis tersebut mengadakan ibadah bersama sebagai acara pertama dibukanya desa Malenosbaru yang dipimpin oleh, Yes Weken. Adapun kidung pujian yang dinyanyikan: DSL. No 11, jangan lupa nama Tuhan. berdoa serta pembacaan Alkitab dalam Kejadian 12:1-9 dan 1 Petrus 2:1-7. Penutup dengan menyanyi DSL. No 173, Jangan kamu takut. Selesai ibadah mereka mengambil sebuah batu di sungai ritey tepatnya dibawah pohon Tumbak (belakang Rumah Victor Tutu) dan ditempatkan didepan dekat jalan. Batu tersebut dijadikan batu pertama tanda dimulainya pembangunan desa Malenosbaru. Batu sekarang berada didepan halaman rumah keluarga Tutu Lepar yang bertuliskan 3 nama yaitu, V. A. Tutu, F. J. Weken dan F. Tutu.

    Inilah nama-nama hukum tua desa Malenosbaru dari tahun ketahun.

    1. Victor Adolf Tutu (1961-1968)

    Juru tulis Felix Tutu

    2. Felix Tutu (1968-1974)

    Juru tulis Nicolas Lintang

    3. Nicolas Lintang (1974-1980)

    Juru tulis Fentje Weken

    4. Jan H. Tutu (1980-1986)

    Sekdes Fentje Weken

    5. Decky Tuuk (1986-1994)

    Sekdes Fentje Weken

    6. Paul Ulaan (1994- penjabat)

    Sekdes Fentje Weken

    7. Jhony Tutu (1995-2004)

    Sekdes Fentje Weken

    8. Jeny Jacob (2004-2009)

    Sekdes Fentje Weken

    9. Djony Pojoh (2009-2015)

    Sekdes Fentje Weken

    10. Jerry Runtu (2014-2016- Penjabat)

    Sekdes Fentje Weken>Mekry Ratu

    11. Lisa Tuuk (2016- Penjabat)

    Sekdes Mekry Ratu

    12. Senny Tutu (2016-2020)

    Sekdes Mekry Ratu>Braily Ratu

    13. Braily Ratu (2020-2022- PLT)

    Sekdes Merlin Ratu

    14. Jeannie J. Ratu (April 2022- penjabat)

    Sekdes Braily Ratu.


    (Rela)

    • Comments
    • FB Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Hut ke-61 Tahun, Ini Sejarah Berdirinya Desa Malenos Baru Rating: 5 Reviewed By: elnusanews/com
    Scroll to Top