Pemilik lahan Djumaria Salim
diwakilkan ke anaknya Fanny Sutanto, memprotes penetapan harga pembebasan lahan untuk jalan tol Manado-Bitung.
"Seharusnya pemerintah untuk lebih peduli terhadap nasib rakyatnya yang akan digusur untuk pembangunan jalan bebas hambatan tersebut,"kata dia.
Ia, menjelaskan rumah dan tempat usaha saya diberi harga yang tidak layak. Rumahnya berada di tepi jalan dalam bentuk satu bangunan rumah tinggal dan satu bangunan untuk tempat usaha air isi ulang, Luasnya 130 meter persegi dan semuanya bangunan. Sementara lahan lainnya ukuran kecil harga lebih diatas ketimbang lahan miliknya.
"Nah, masalah disini berdasarkan penghitungan tim appraisel, bangunan lahan dan usaha tersebut dihargai Rp 313 juta,"tegasnya seraya menurutnya harusnya disosialisasikan kepada warga, tetapi tim pembebasan lahan tidak melakukan sosialisasi.
Sementara disisi lain Ketua Komisi C Boy Gumolung ketika memimpin rapat dengar pendapat menegaskan bahwa pihak appraisel seenaknya saja mengatur harga lahan tersebut. Tiba-tiba saja dimintakan persetujuan kepada warga yang terdampak.
"Inikan namanya tidak manusiawi harga lahan tol tersebut,"tegasnya didampingi Abrianto Ahmad, Syam Panai dan Ramlan Irfan.
Sementara pihak Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Jalan Tol Manado-Bitung Stenly Masi mengatakan, bukan ranannya melainkan rana tim appraisel sebelumnya.
"Namun hal ini pihaknya akan melakukan pendampingan bidang-bidang lahan yang bermasalah saat ini dan lakukan musyawara,"jelasnya.(Rego)
0 komentar:
Post a Comment